Di Saat Pujangga Mengatakan Cinta




Menjadikan yang mendengarnya merasa disanjung setinggi-tingginya. Kata-kata pujangga biasanya digunakan untuk mengungkapkan kecintaan terhadap seseorang atau merayu seseorang. Sudah pasti, yang hendak dirayunya pun akan terjerat dalam rayuan kata-kata pujangga. Jika seseorang mengungkapkan perasaannya dengan
menggunakan kata-kata cinta yang begitu indah, begitu puistis, begitu berirama dan berima, selalu dikatakan kata-katanya yang diucapkannya ialah kata-kata pujangga, meski ia bukanlah seorang penulis puisi. Meski ia bukanlah orang yang begitu menyukai sastra atau karya sastra.
Namun begitulah, jika seseorang menuliskan kata-kata pujangga atau mengungkapkan suatu hal dengan mempertimbangkan segi pilihan kata (diksi), rima, dan makna, bisa dikatakan bahwa dia sedang berpujangga. Padahal,, pujangga sendiri memiliki arti bukanlah dari segi hasil melainkan dari segi profesi, pelaku, orangnya. Jika dikatakan ia sedang bergombal mungkin bisa saja diterima sebab ada pula yang menganggap kata-kata pujangga sebagai bentuk kegombalan seseorang untuk merayu atau meluluhkan hati pasangan juga yang dicintainya.&nbsp</Dikatakan berpujangga sebab dinilai orang tersebut sedang berperilaku seperti pujangga yakni mengungkapkan kata-kata kepenyairan, kata-kata yang dirangkai sedemikian rupa sehingga terdengar indah dan penuh makna.
Pujangga sesungguhnya ialah penyair. Hanya saja kata pujangga diidentikkan dengan zaman terdahulu. Pada zaman kerajaan lebih banyak dikenal istilah pujangga dibanding dengan istilah penyair. Dalam kisah Tutut Tinular pun, dikisahkan seorang pendekar bernama Arya Dwipangga yang gemar bersastra membuat puisi. Ketika itu, Dwipangga merupakan satu-satunya pendekar yang juga dikenal sebagai pujangga. Saking identiknya Dwipangga dengan kata-kata pujangga yang dibuatnya, ia dijuluki pendekar puisi. 
Pada 1930-an dikenal istilah angkatan Pujangga Baru untuk mengidentifikasi penyair yang muncul dari segi kekaryaannya pada tahun tersebut. Pada tahun tersebut pun, kultur Melayu masih lekat sehingga penggunaan kata pujangga masih sering dipakai oleh masyarakat. Dapat dilihat dari karya sastra yang lahir pada tahun tersebut. Kata-kata pujangga yang terdapat dalam puisi, roman atau novel mencirikan kekhasan penggunaan bahasa yang puitis, syahdu, bijak, dan terkadang diselipi nasihat.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pujangga berarti pengarang hasil-hasil sastra, baik puisi maupun prosa. Masih menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pujangga pun berarti ahli pikir, ahli sastra. Jadi jelaslah, istilah pujangga sama artinya dengan istilah penyair atau pengarang sastra, tentunya.
Kata-kata pujangga tercantum dalam berbagai karya sastra. Untuk karya sastra lama, tentunya pengkategoriannya masuk ke dalam pujangga lama. Di antaranya berupa syair, pantun, gurindam, dan hikayat. Sementara dalam pengkategorian pujangga baru tidak diklasifikasikan dari segi jenisnya.
Pada sastra pujangga baru, lebih dimunculkan ciri khas pujangga baru lebih menonjolkan unsur nasionalis dan intelektual. Berbicara mengenai kata-kata pujangga, berarti berbicara mengnai karya. Berbicara mengenai tulisan, mengenai teks yang ditulis oleh pengarang, penulis puisi atau novel. Namun, kata-kata pujangga pun tercantum pula dalam sebuah lirik lagu berjenis dangdut yang dipopulerkan Rhoma Irama. Lagu yang berjudul Kata Pujangga tersebut mengatakan kata-kata pujangga yang mengungkapkan mengenai indahnya cinta. Dalam lagu tersebut pun terungkapkan nasihat agar mencintai sekadarnya, tak berlebihan alias cinta buta.
Hidup tanpa cinta bagai taman tak berbunga
Hai begitulah kata para pujangga
Aduhai begitulah kata para pujangga
Taman suram tanpa bunga
Ada yang dicinta giat bekerja
Entah apa entah siapa
Karena cinta jiwa gairah
Tanpa cinta hidup pun hampa
Ternyata amat umat adanya cinta
Hai begitulah kata para pujangga
Aduhai begitulah kata para pujangga
Tapi jangan cinta buta

Contoh kata-kata pujangga berikut sering dibaca atau digunakan untuk menggoda atau sebagai ucapan nasihat.
Ikan belanak hilir berenang
Burung dara membuat sarang
Makan tak enak tidur tak tenang
Hanya teringat dinda seorang




Kayu cendana di atas batu
Sudah diikat dibawa pulang
Adat dunia memang begitu
Benda yang buruk memang terbuang<

Kata-kata pujangga yang berisikan cinta terdapat pada karya sastra bergenre puisi yang ditulis oleh Yogi, seorang pujangga 1896-1983. Puisi tersebut berjudul Di Mana Hatiku Tak Kan Pilu yang jika dilihat dari segi susunannya menyerupai pantun.
Gemuruh ombak menggosok pantai
Petir menembak bertalu-talu
Adinda diam-termenung lalai
Di mana hatiku tak kan pilu

Kilat terbentang berapi-api
Awan berarak menambah sayu
Adinda termangu, duduk bersepi
Di mana hatiku tak kan pilu

Bintang di langit berkilap-kilapan
Pungguk merindu di pohon kayu
Adinda membatu-patung pujaan
Di mana hatiku tak kan pilu

Dari jauh beta kemari
Menurutkan hati disayat rindu
Tuan melengos berdiam diri
Di mana hatiku tak kan pilu

Keluh kesah mendayung sampan
Mengharap jiwa hendak bersatu
Arah tuan memutuskan harapan
Di mana hatiku tak kan pilu

Aku memetik puspa di hati
Untuk suntingan sanggul jiwaku
Tuan mengabaikan emas sekati
Di mana hatiku tak kan pilu

Adapun puisi yang berjudul Sukma Pujangga yang ditulis J.E. Tatengkeng. Kata-kata pujangga Tatengkeng dalam puisinya tersebut secara serta merta seolah-olah merupakan gambaran umum kebanyakan perasaan pengarang sastra yang selalu ingin kebebasan dan bebas berekspresi.
O, lepaskan daku dari kurungan
Biarkan daku terbang melayang
Melampaui gunung, nyebrang harungan
Mencari Cinta, Kasih dan Sayang

Aku ta’ ingin dipagari rupa!
Kusuka terbang tinggi ke atas
Meninjau hidup aneka puspa
Dalam ‘alam yang ta’ berbatas...<

Ta’ mau diikat erat-erat
Kusuka merdeka mengabdi seni
Kuturut hanya semacam syarat
Syarat gerak sukma seni

Kusuka hidup!
Gerakan sukma
Yang berpancaran dalam mata Terus menjelma

Kata-kata pujangga atau puisi yang berbicara mengenai sebuah lingkungan yang diisi para pujangga yang selalu produktif dalam membuat karya sastra. Puisi atau kata-kata pujangga tersebut ditulis Hamidah dengan judul Taman Pujangga/p>
Semerbak harum taman pujangga
Sembahan bunga pelbagai warni
Diriba melayang angin pagi
Alam buayan fajar suka

Taman pujangga indah permai
Di mana burung sorai berderai
Lagu burung ke hiyawan nilai kandi
Menggeletar sampai ke hati bumi

O, bunga teruslah ‘gaimana sediakala
jadi suguhan orang yang lalu
O, burung teruslah berlagu
Menggelora dari getaran jiwa

Usmar Ismail, menulis puisi berjudul Pujangga dan Cita-cita. Puisi yang berbicara mengenai seruan kepada para pujangga agar jangan hanya mewujudkan cita-cita melalui kata-kata saja. Usmar Ismail mengisahkan kata-kata pujangga dijadikan sebagai pengejewantahan dari cita-cita seorang pujangga. Banyak hal bisa dilakukan sembari mengungkapkan gagasan, perasaan melalui kata.
Bertanya aku pada pujangga: Jikalau Tuan orang Pemuha
Cita-cita yang suci murni
Pernahkah Tuan menguji diri,
Membongkar batin, ‘nyiasat jiwa,
Sebelum Tuan ikut bernyanyi?

Benarkah menyala di dada Tuan
Asia Raya, Buah Pujaan?

Janganlah hendaknya, wahai Pujangga,
Cita-cita jadi mainan kata
Sekadar untuk pengisi ‘laman
Sebagai hiburan senda gurauan! Carilah dulu perjuangan jiwa,
Carilah Asia di dalam dada!
Jikalau ‘lah jelas di dalam hati,
‘Lah berpadu jiwa dan cita-cita,
Pujalah Tuan, Pembangkit bangsa,
Tuanlah Pujangga, Seni sejati!
Sekiranya Tuan hanyalah bijak berkata-kataBah’gialah dengan Karunia Yang Maha Esa,Tapi janganlah, jangan disentuh “Taruhan Jiwa” Berdosa Tuan kepada Asia... kepada Bangsa! Ada juga kata-kata pujangga atau puisi yang menarik. Berisikan mengenai keadaan cinta yang terpenggal jarak


Judul : Di Saat Pujangga Mengatakan Cinta
Url : http://cintaku-di-sini.blogspot.com/2012/08/di-saat-pujangga-mengatakan-cinta.html
Pada :
Oleh : Mkr Sticker
Respond : 0
Share :

0 komentar:

Posting Komentar

Pengikut

Copyright © · Cintaku Di Sini ~ Silakan~Home | Template Design By Brebes VS Lamongan | Daftar Isi | Menu Template | Powered By Blogger.com